Lembaknews.com – Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kota Bengkulu menyuarakan agar Pemerintah memperhatikan nasib para petani padi di sawah dalam wilayah Kota Bengkulu.

Terlebih para petani yang tergabung dalam anggota kelompok tani (Poktan) mengeluhkan sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi, lantaran dugaan pembagian yang belum merata. Bahkan akibat tidak mendapatkan jatah tersebut, para petani terpaksa membeli pupuk non subsidi yang harganya cukup mahal kisaran Rp. 350 ribu perkarung. Sedangkan pupuk bersubsidi di harga Rp. 135 ribu perkarung.

“Kita sudah melakukan dialog dengan para petani Lembak Kota Bengkulu, sejauh ini ditemukan akar permasalahan pada sebarannya pemberian pupuk bersubsidi yang belum merata, sehingga perlu dorongan kepada ketua gabungan kelompok tani (gapoktan) agar dalam penyalurannya bisa dilakukan secara merata nantinya. Mengingat sepengetahuan penyaluran pupuk bersubsidi ini mengacu pada Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK). Terlebih lagi dinas teknis menjamin pupuk tersebut memenuhi kebutuhan,” ungkap Sekretaris DPC HKTI Kota Bengkulu Dian Marfani, S.Ikom dalam dialog interaktif Bengkulu Menyapa yang digelar RRI Pro Satu Bengkulu.

Menurut pria yang akrab disapa Damar ini, para petani juga membutuhkan bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan) untuk mengelola lahan pertaniannya, khususnya traktor dan hendraktor.

Apalagi sejauh ini bantuan tersebut sangat jarang lagi diberikan pemerintah daerah melalui dinas teknis kepada para petani.

“Aspirasi itu sudah kita sampaikan kepada salah satu anggota DPRD Provinsi Bengkulu Ibu Sefty Yuslinah, agar nantinya bisa mendorong dinas teknis supaya para petani perkelompok dengan luas lahan pertanian mencapai 250 hektar di Kota Bengkulu, bisa menerima bantuan alsintan. Belum lagi pemakaian hendtraktor sekarang ini dari para petani dengan sistem sewa,” jelasnya Damar, Jumat, (18/3).

Lebih lanjut Damar menyampaikan, para petani di Kota Bengkulu juga membutuhkan sumur bor untuk memenuhi air dalam mengairi areal persawahannya.

Pasalnya jika mengandalkan pasokan air Danau Dendam Tak Sudah sekarang ini yang mengairi saluran irigasi, belum mampu menjangkau sebagian persawahan petani, khususnya yang berada di pertengahan dan ujung.

“Karena tidak sampainya debit air itu, petani hanya mengandalkan air hujan. Jika tidak hujan tidak ada air, makanya solusi dari pemerintah agar bisa membuatkan beberapa titik sumur bor untuk petani,” tukasnya.

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *