Rejang Lebong, Lembaknews.com — Kepemimpinan yang berpihak kepada rakyat tak selalu harus dengan kemewahan. Hal inilah yang dibuktikan oleh Sumartono, Kepala Desa Sindang Jati, Kecamatan Sindang Kelingi, Kabupaten Rejang Lebong. Menjabat sejak tahun 1998 hingga 2006 pada periode pertamanya, Sumartono telah tiga kali dipercaya masyarakat untuk memimpin desanya.
Pemilihan kepala desa periode 2006–2011 menjadi titik penting, di mana ia kembali maju sebagai calon dengan niat murni membangun desa, bukan mencari kekuasaan. Dalam proses pencalonan, Sumartono bahkan menegaskan tak pernah membeli suara satu rupiah pun. Ia hanya menyediakan makan bagi masyarakat yang datang ke rumahnya. “Saya haramkan beli suara, niat saya ingin melayani,” tegasnya.
Dari Limbah Jadi Berkah: Budidaya Magot untuk Ketahanan Pangan
Salah satu terobosan yang membedakan kepemimpinannya adalah inovasi di bidang lingkungan dan ketahanan pangan. Dengan memanfaatkan limbah rumah tangga, desa ini mengembangkan budidaya magot — larva lalat BSF yang kaya protein — sebagai pakan alternatif ternak dan ikan. “Limbah masyarakat jangan dibuang sia-sia, kita jadikan magot, hasilnya bisa dimanfaatkan untuk pakan,” jelas Sumartono.
Embung dan Wisata Pemancingan: Aset Desa Dihidupkan Kembali
Dalam masa jabatannya, Sumartono juga mendorong pemanfaatan aset desa lama. Salah satunya adalah penyelamatan sumber air melalui pembangunan embung desa Damai dengan anggaran Dana Desa sebesar Rp337 juta, yang kini dilengkapi akses jalan menuju lokasi wisata pemancingan. Kolam desa tersebut diisi bibit ikan secara swadaya masyarakat setiap tahun sekali sebagai bagian dari ketahanan pangan lokal.
Melayani Bukan Dilayani: Filosofi Seorang Pemimpin
Bagi Sumartono, menjadi kepala desa bukanlah soal kuasa, melainkan soal melayani sepenuh hati. “Jangan jadikan posisi kita sebagai orang yang minta dilayani. Kades itu harus tahu apa yang diinginkan masyarakat,” ujarnya bijak.
Ia juga menaruh perhatian besar pada pendidikan dan kerukunan antkuarumat beragama. Kepala desa memberi honor kepada pemuda desa yang kuliah di luar daerah, agar saat kembali ke desa sebelum bekerja tetap bisa mengabdi sesuai bidang masing-masing. “Anak IAIN bisa mengajar ngaji, ceramah, dan kegiatan keagamaan lainnya,” jelasnya.
Dalam menjaga kerukunan, Sumartono menerapkan sistem gotong royong antarwarga lintas agama dalam pengamanan hari besar keagamaan. “Saat lebaran, saudara kita yang non-Muslim ikut jaga keamanan, begitu juga sebaliknya,” tuturnya.
Harapan ke Depan: Sindang Jati Dikenal Luas
Menutup perbincangan, Sumartono berharap agar Desa Sindang Jati semakin maju dan dikenal khalayak luas. “Kita ingin desa ini bukan hanya berkembang secara fisik, tapi juga secara sosial dan spiritual. Semoga jadi contoh bagi desa-desa lainnya,” pungkasnya. (Ar01)












